Belum lama ini kota Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga di Yogyakarta telah membuat event yang menarik dan membanggakan. Event ini yang pertama kalinya diadakan di UIN Sunan Kalijaga dan pertama kalinya event ini diadakan di Indonesia. Event ini adalah International Conference of Asian Special Libraries (ICoASL). Tepatnya pada tanggal 10 hingga 12 Mei 2017 event ini dilaksanakan secara intens di UIN Sunan Kalijaga atau UIN SUKA. Banyak kegiatan tatkala itu, hampir tujuh jam sehari full dengan kegiatan dan selama dua hari. Akan tetapi, sebenarnya apa sih yang di maksud dengan International Conferrence of Asian Special Libraries (ICoASL) itu?
Jauh
sebelum itu, ada organisasi yang dikenal dengan SLA, SLA adalah Special
Libraries Association disingkat dengan (SLA). Organisasi ini telah berdiri
sejak tahun 1901 Amerika Serikat. Organisasi ini salah satu “the largest
global information” yang menghubungkan lebih dari 12.000 anggota di 85
negara. Organisasi ini berjalan secara non profit. Organisasi ini
mempunyai Misi
·
Memberikan
pengenalan komunitas profesional informasi secara internasional
·
Membangun
jaringan karir dan promosi pengembangan profesional
·
Belajar
dan berbagi dalam pengelolaan informasi pada instansi
·
Menerima
/ menyumbangkan artikel ke 'Informasi Outlook' periodik
·
Akses
gratis ke sumber belajar di web
·
SLA
menyediakan untuk -
-
Beasiswa
untuk studi: Masters, PhD, Post MLIS studies
-
Dana
Wakaf dan hibah perjalanan
-
Penghargaan,
Hibah dan penghormatan[1]
Special Libraries Association (SLA)
yang telah 101 tahun ini, memiliki Misi pengembangan perpustakaan di Asia.
· Menyediakan
fasilitas jaringan untuk semua Pustakawan Asia dan mengatur kunjungan anggota
ke perpustakaan di negara-negara Asia lainnya untuk mendorong kolaborasi dan
berbagi pengetahuan.
· Menyediakan
akses global ke wilayah Bab, Divisi, wiki, blog dan area Community of Practicelainnya, sehingga para profesional memiliki kontak dengan pemirsa global yang
memiliki visi bersama mengenai industri ini.
· Mengorganisir
Rapat Tahunan di mana Pustakawan Asia diundang untuk berpartisipasi.
· Mengorganisir
pelatihan, lokakarya, seminar dan konferensi di kawasan Asia untuk mendorong
melanjutkan pendidikan lanjutan.
· Untuk
memberikan pelatihan jarak jauh melalui Click-University, dan dorong penggunaan
teknologi baru di lingkungan kerja profesional.
· Memberikan
panduan, pedoman dan dukungan profesional kepada pustakawan mengenai topik yang
diminati dan penting bagi profesinya.
· Meningkatkan
pendapatan untuk kegiatan Bab melalui sponsorship, aktivitas Bab dan newsletter
Bab melalui periklanan.
· Untuk
mendukung kegiatan SLA Asian Chapter dengan meningkatkan keanggotaan.
· Untuk
merayakan keragaman Bab Asia melalui anggotanya, mengenali identitas budaya
yang dibawa anggota ke dalam bab ini.
Sehingga Special Library Association (SLA) ini bekerja sama
dengan UIN Suka untuk mengadakan konferensi International Conference of Asian
Special Libraries (ICoASL). Event ini adalah good idea ketika diadakan
di Indonesia, karena Indonesia sebenarnya masih membutuhkan bimbingan dalam
pengelolaan perpustakaan, pendidikan pustakawan, dan sebagai penambah jaringan.
Seperti yang dilansir oleh Ken Fitriani di radioedukasi.kemdikbud.go.id.[2] Ketua
Panitia Penyelenggara sekaligus Kepala Perpustakaan UIN Yogyakarta, Labibah
Zein mengatakan, acara ini merupakan acara rutin dua tahunan yang
diselenggarakan di negara-negara berbeda.
“Tujuan dari acara ini ialah untuk merekomendasikan hasil
konferensi memelihara budaya yang ada di Indonesia. Event ini menjadi
pertukaran pengetahuan dan ketrampilan antar pustakawan dan penggiat
perpustakaan di lingkup Asia dengan perspektif global sehingga diharapkan
kegiatan ini melahirkan pemikiran yang memberikan sumbangan besar terhadap masa
depan perpustakaan secara berkelanjutan,” jelasnya di Convention Hall UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, Rabu (10/5).[3]
Pernyataan
ketua panitia tersebut dapat dimaknai juga tujuan awal diadakan ICoASL ini adalah
untuk bertukar pengetahuan, keterampilan, dan dengan event ini juga dapat
melahirkan pemikiran baru dalam khasanah ilmu perpustakaan. Event ini lebih
tepatnya memberikan ruang bagi masyarakat untuk memahami tentang ilmu
perpustakaan dan arsip. Sebab wawasan dan jaringan masyarakat khususnya mahasiswa,
hanya sebatas wawasan dalam negeri dan jaringanya pun dalam negeri. Tanpa
pernah mau mencoba membuka cakrawala perkembangan ilmu arsip dan perpustakaan
secara internasional.
Deputi
Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpustakaan Nasional, Ofy Sofiana, dalam sambutannya mengatakan,
perpustakaan mengemban tanggung jawab dalam menyelamatkan dan melestarikan
naskah kuno Nusantara.
“Saat ini Perpustakaan Nasional mempunyai 10 ribu lebih
naskah kuno yang terus dikembangkan dan dikaji ulang. Dari jumlah tersebut,
baru 30 % yang didigitalkan. Bentuk digital ini dapat dimanfaatkan masyarakat
sebagai sarana edukatif masyarakat, yang sarat akan kearifan lokal,” kata Ofy.[4]
Deputi
pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpustakaan Nasional tersebut
berbicara, dari 10.000 ribu lebih naskah kuno bekisar 30% yang telah
digitalkan, memang benar 30% terkesan stigma. Akan tetapi dari 30% yang dapat
kita akses tersebut, berapa banyak khasanah ilmu pengetahuan yang kita peroleh,
seberapa banyak wawasan kita bertambah? Sebelum itu, pernahkah kita mengakses 30%
dari bahan pustaka yang telah di digitalkan?.
0 komentar:
Posting Komentar